Mungkin aku akan dianggap alay atau berlebihan ketika kalian membaca
tulisanku kali ini. Terlebih aku memang tak punya keahlian khusus untuk
menyusun kata-kata seperti Fiersa Besary, Dee Lestari, ataupun Fahd Pahdepie.
Tapi atas dasar aku tak mau kehilangan rasaku begitu saja, aku memutuskan untuk
mencoba menuangkan apa yang aku rasa lewat tulisan ini, meskipun aku juga tak
begitu yakin apakah bisa mewakili utang rasaku kemarin.
Bagiku, saat aku tak bisa jadi orang nomor satu, maka sebisa mungkin aku
akan memposisikan diriku sebagai bagian dari pijakan orang-orang nomor satu.
Kamis lalu, aku mendapatkan sebuah momen yang mungkin tidak akan pernah aku
lupakan dalam hidupku. Ya, sebuah momen yang begitu dalam masuk ke long threm memory ku. Momen itu juga
yang membuat mimpi tiga malam terakhirku jadi lebih indah dari biasanya.
Memang beberapa akhir tahun ini aku ikut aktif di organisasi GenRe
(Generasi Berencana). Sebuah organisasi yang menurutku cukup dapat
diperhitungkan perannya di era saat ini. Karna menjadi sebuah wadah bagi para
remaja untuk berekspresi dan sadar terhadap peran mereka dalam membangun
karakter yang lebih baik. Keterlibatanku di organisasi ini juga karna aku ingin
melihat lebih dalam, tentang perilaku remaja dari segi apapun. Bagiku, remaja
menyimpan sejuta rahasia dalam diri mereka, dan tidak jarang aku menemukan Aha Moment saat bersama mereka. Menurut
Erikson, salah satu tokoh psikologi perkembangan, karena remaja berada pada
fase persimpangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa maka konflik utama
yang terjadi adalah Identitas Vs Kekaburan peran, dan aku ingin menyaksikan
bagaimana mereka mengambil peran dan jalan di tahapan persimpangannya.
Oke, aku sambung ke cerita momenku yang tadi. Selama kurang lebih tiga
minggu terakhir ini aku membersamai duta genre Wonosobo yang akan tampil di
tingkat provinsi. Sebenarnya aku kurang percaya diri untuk membersamai mereka,
apalagi embel-embel statusku di sini sebagai mentor. Seperti yang aku sampaikan
tadi, saat ini aku baru ingin menjadi penonton bagaimana remaja mengambil peran
untuk kehidupan mereka selanjutnya, belum sebagai pengarah peran.
Kalian taulah kapasitas asliku seperti apa. Ikut sebagai perserta pemilihan
duta Shampo lain sebelumnya saja tidak pernah, bagaimana aku akan menjadi
mentor yang benar-benar mereka butuhkan? Hehehe. Apalagi mereka diharuskan
membuat visi/misi program, penampilan bakat, dan penguasaan substansi materi yang
menurutku cukup banyak, sedang aku sendiri belum menguasai seluruhnya. Tapi,
atas dasar Tolabul ‘ilmi hahaha… aku bersedia menyalakan harapan dan semangat
di dada mereka.
Setelah beberapa kali sesi pertemuan, bersama pengelola dan pendamping
mereka, aku seperti menemukan dari masing-masing mereka memiliki potensi yang
tidak biasa, yang bisa menjadi modal mereka untuk tampil maksimal di ajang
pemilihan duta Genre tingkat Provinsi. Aku semakin semangat menemani mereka,
menggali setiap gagasan, menyelami pikiran dan imajinasi mereka, mengolah
kata-kata, mengasah kreatifitas, dan memunculkan karakter mereka sesungguhnya. Mereka
adalah remaja-remaja cerdas, lebih dariku tentunya. Hanya saja karna waktu
belajarku lebih dulu dari mereka, seolah-olah kemampuanku lebih, sebenarnya
tidak. Aku yakin, pencapaian mereka nantinya akan melebihiku diusia yang sama
denganku saat ini. Kita buktikan sama-sama nanti.
Setelah kurang lebih dua minggu kita menyiapkan semua, tibalah saat yang
ditunggu, sebuah kompetisi yang tidak hanya menampilkan fisik, namun justru
lebih kepada bagaimana mereka menguasai
sebuah program, substansi materi, penyampaian gagasan, dan keahlian
berkomunikasi untuk membangun karakter remaja yang baik.
Hari pertama tidak banyak yang dilakukan, hanya formalitas pembukaan dan
menyiapkan koreo yang akan mereka tampilkan di Grand Final, serta malam hari
ada tes tertulis tentang substansi materi Genre. Hari kedua berlanjut, dan
disinilah mereka harus menunjukan semua yang mereka punya. Mulai dari
pertunjukan bakat, praktek sosialisasi, dan wawancara terkait aktivitas dan
program yang mereka usung. Di sesi bakat, aku tak tau apa yang harus aku katakana
selain amazing, drama yang mereka tampilkan berhasil membuat seluruh orang di
hall memusatkan perhatiannya. Dan kesuksesan penampilan mereka juga berlanjut
pada sesi selanjutnya. Meski aku tak dapat melihat langsung bagaimana cara
mereka menjawab dan menyampaikan substansi materi karna memang tertutup untuk
umum, tapi dari cara mereka bercerita aku yakin mereka sudah melakukannya
dengan maksimal.
Tibalah pada hari ke-tiga, Grand Final pemilihan duta Genre Tingkat
Provinsi. Seluruh pendukung dari berbagai kabupaten ikut memeriahkan. Berbagai kalanganpun
datang, anak-anak hingga lansia, dari yang berjas hingga bersarung, sebuah
pemandangan yang menyenangkan tentunya.
Entah kenapa ada sebuah keyakinan dalam diriku, bahwa diantara mereka,
siapapun itu akan ada yang lolos ke lima besar. Dan alhasil, dua perwakilan
dari jalur pendidikan putra, dan jalur masyarakat putri lolos ke lima besar. Sampai
di sini tugasku selesai, selanjutnya adalah mereka. Jika di sesi sebelumnya aku
masih dapat menemani mereka hingga nama mereka dipanggil maju, di sini tidak
lagi. Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa memudahkan gerak bibir
dan lidah mereka dalam menyampaikan jawaban yang diajukan.
Sesi selanjutnya, perwakilan jalur pendidikan putra, Aga, maju ke tiga
besar. Gagasan dia tentang advokasi kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan
anak putus sekolah dan tidak sekolah membawa dia menjadi juara 1 putra jalur
pendidikan. Tak ada kalimat yang bisa aku katakan saat itu, tepuk tangan dan
sorak sorai dari semua pendukungnya bergemuruh, tangis haru yang aku tau dia
tahan sejak masuk lima besar pecah seketika, diikuti tangis bahagia dari orang
tuanya juga. Ahh, pemandangan yang membuat dadaku sesak, dan seketika Serotonin menjalar keseluruh sendi-sendi
tubuhku.
Mungkin bagi kalian yang tidak terlibat di sini akan menganggap itu
semua hal yang biasa, tidak ada bedanya dengan jenis perlombaan lain, tapi
tidak bagi ku. Kalian tau, setiap orang memiliki pemaknaan sendiri dari setiap
kejadian yang dia alami, dan kejadian ini menjadi bagian dari cerita hidupku
yang luar biasa. Hanya saja mungkin karna aku tidak pandai menuangkannya dalam
tulisan ini.
Lalu tentang selain aga, ada Amrul, Hesti, dan Hani, mereka juga luar
biasa. Akan aku ceritakan khusus tentang diri mereka lain kali…