Minggu, 09 September 2018

Sementara "Tanpa Judul"


Mungkin aku akan dianggap alay atau berlebihan ketika kalian membaca tulisanku kali ini. Terlebih aku memang tak punya keahlian khusus untuk menyusun kata-kata seperti Fiersa Besary, Dee Lestari, ataupun Fahd Pahdepie. Tapi atas dasar aku tak mau kehilangan rasaku begitu saja, aku memutuskan untuk mencoba menuangkan apa yang aku rasa lewat tulisan ini, meskipun aku juga tak begitu yakin apakah bisa mewakili utang rasaku kemarin.

Bagiku, saat aku tak bisa jadi orang nomor satu, maka sebisa mungkin aku akan memposisikan diriku sebagai bagian dari pijakan orang-orang nomor satu. Kamis lalu, aku mendapatkan sebuah momen yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku. Ya, sebuah momen yang begitu dalam masuk ke long threm memory ku. Momen itu juga yang membuat mimpi tiga malam terakhirku jadi lebih indah dari biasanya.

Memang beberapa akhir tahun ini aku ikut aktif di organisasi GenRe (Generasi Berencana). Sebuah organisasi yang menurutku cukup dapat diperhitungkan perannya di era saat ini. Karna menjadi sebuah wadah bagi para remaja untuk berekspresi dan sadar terhadap peran mereka dalam membangun karakter yang lebih baik. Keterlibatanku di organisasi ini juga karna aku ingin melihat lebih dalam, tentang perilaku remaja dari segi apapun. Bagiku, remaja menyimpan sejuta rahasia dalam diri mereka, dan tidak jarang aku menemukan Aha Moment saat bersama mereka. Menurut Erikson, salah satu tokoh psikologi perkembangan, karena remaja berada pada fase persimpangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa maka konflik utama yang terjadi adalah Identitas Vs Kekaburan peran, dan aku ingin menyaksikan bagaimana mereka mengambil peran dan jalan di tahapan persimpangannya.

Oke, aku sambung ke cerita momenku yang tadi. Selama kurang lebih tiga minggu terakhir ini aku membersamai duta genre Wonosobo yang akan tampil di tingkat provinsi. Sebenarnya aku kurang percaya diri untuk membersamai mereka, apalagi embel-embel statusku di sini sebagai mentor. Seperti yang aku sampaikan tadi, saat ini aku baru ingin menjadi penonton bagaimana remaja mengambil peran untuk kehidupan mereka selanjutnya, belum sebagai pengarah peran.
Kalian taulah kapasitas asliku seperti apa. Ikut sebagai perserta pemilihan duta Shampo lain sebelumnya saja tidak pernah, bagaimana aku akan menjadi mentor yang benar-benar mereka butuhkan? Hehehe. Apalagi mereka diharuskan membuat visi/misi program, penampilan bakat, dan penguasaan substansi materi yang menurutku cukup banyak, sedang aku sendiri belum menguasai seluruhnya. Tapi, atas dasar Tolabul ‘ilmi hahaha… aku bersedia menyalakan harapan dan semangat di dada mereka.

Setelah beberapa kali sesi pertemuan, bersama pengelola dan pendamping mereka, aku seperti menemukan dari masing-masing mereka memiliki potensi yang tidak biasa, yang bisa menjadi modal mereka untuk tampil maksimal di ajang pemilihan duta Genre tingkat Provinsi. Aku semakin semangat menemani mereka, menggali setiap gagasan, menyelami pikiran dan imajinasi mereka, mengolah kata-kata, mengasah kreatifitas, dan memunculkan karakter mereka sesungguhnya. Mereka adalah remaja-remaja cerdas, lebih dariku tentunya. Hanya saja karna waktu belajarku lebih dulu dari mereka, seolah-olah kemampuanku lebih, sebenarnya tidak. Aku yakin, pencapaian mereka nantinya akan melebihiku diusia yang sama denganku saat ini. Kita buktikan sama-sama nanti.

Setelah kurang lebih dua minggu kita menyiapkan semua, tibalah saat yang ditunggu, sebuah kompetisi yang tidak hanya menampilkan fisik, namun justru lebih kepada bagaimana mereka menguasai sebuah program, substansi materi, penyampaian gagasan, dan keahlian berkomunikasi untuk membangun karakter remaja yang baik.

Hari pertama tidak banyak yang dilakukan, hanya formalitas pembukaan dan menyiapkan koreo yang akan mereka tampilkan di Grand Final, serta malam hari ada tes tertulis tentang substansi materi Genre. Hari kedua berlanjut, dan disinilah mereka harus menunjukan semua yang mereka punya. Mulai dari pertunjukan bakat, praktek sosialisasi, dan wawancara terkait aktivitas dan program yang mereka usung. Di sesi bakat, aku tak tau apa yang harus aku katakana selain amazing, drama yang mereka tampilkan berhasil membuat seluruh orang di hall memusatkan perhatiannya. Dan kesuksesan penampilan mereka juga berlanjut pada sesi selanjutnya. Meski aku tak dapat melihat langsung bagaimana cara mereka menjawab dan menyampaikan substansi materi karna memang tertutup untuk umum, tapi dari cara mereka bercerita aku yakin mereka sudah melakukannya dengan maksimal.

Tibalah pada hari ke-tiga, Grand Final pemilihan duta Genre Tingkat Provinsi. Seluruh pendukung dari berbagai kabupaten ikut memeriahkan. Berbagai kalanganpun datang, anak-anak hingga lansia, dari yang berjas hingga bersarung, sebuah pemandangan yang menyenangkan tentunya.

Entah kenapa ada sebuah keyakinan dalam diriku, bahwa diantara mereka, siapapun itu akan ada yang lolos ke lima besar. Dan alhasil, dua perwakilan dari jalur pendidikan putra, dan jalur masyarakat putri lolos ke lima besar. Sampai di sini tugasku selesai, selanjutnya adalah mereka. Jika di sesi sebelumnya aku masih dapat menemani mereka hingga nama mereka dipanggil maju, di sini tidak lagi. Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa memudahkan gerak bibir dan lidah mereka dalam menyampaikan jawaban yang diajukan.

Sesi selanjutnya, perwakilan jalur pendidikan putra, Aga, maju ke tiga besar. Gagasan dia tentang advokasi kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan anak putus sekolah dan tidak sekolah membawa dia menjadi juara 1 putra jalur pendidikan. Tak ada kalimat yang bisa aku katakan saat itu, tepuk tangan dan sorak sorai dari semua pendukungnya bergemuruh, tangis haru yang aku tau dia tahan sejak masuk lima besar pecah seketika, diikuti tangis bahagia dari orang tuanya juga. Ahh, pemandangan yang membuat dadaku sesak, dan seketika Serotonin menjalar keseluruh sendi-sendi tubuhku.

Mungkin bagi kalian yang tidak terlibat di sini akan menganggap itu semua hal yang biasa, tidak ada bedanya dengan jenis perlombaan lain, tapi tidak bagi ku. Kalian tau, setiap orang memiliki pemaknaan sendiri dari setiap kejadian yang dia alami, dan kejadian ini menjadi bagian dari cerita hidupku yang luar biasa. Hanya saja mungkin karna aku tidak pandai menuangkannya dalam tulisan ini.

Lalu tentang selain aga, ada Amrul, Hesti, dan Hani, mereka juga luar biasa. Akan aku ceritakan khusus tentang diri mereka lain kali…