Sabtu, 05 November 2016

Untuk Adhitama, saja...

Selamat malam Adhitama? apa kabar? Sudah lama aku tak menceritakan sesuatu untukmu, mungkin kau berfikir aku mulai bosan bercerita padamu, sama seperti bosannya mahasiswa semester akhir mereview jurnal... 
        Sejujurnya, aku tak pernah merasa bosan bercerita kepadamu adhitama, hanya saja beberapa hari ini aku harus menyelesaikan tugas-tugas kuliahku. Kau tau, aku selalu rindu ingin bercerita padamu, bahkan hari inipun, aku menulis cerita ini dengan rasa rindu yang aku pendam, rasa rindu yang belum bisa aku ungkapkan, dan rasa rindu yang belum bisa aku sampaikan.
          Waktu itu aku pernah bilang padamu kalau aku akan berkunjung ke susteran dan sekolah pastur kan?. Yaa...pagi tadi aku dan teman-teman angkatanku kesana, dan ini adalah pengalaman pertamaku. Kau tau, waktu kita sampai dihalaman kesusteran, kita langsung disambut senyum tulus mereka, benar-benar tulus, aku bisa merasakannya, meskipun aku lebih menyukai senyumanmu. Ya, Senyuman saat pertama kali kita bertemu, dilapangan upacara kala itu, tapat ketika aku berdiri dihadapanmu, mengomando teman-teman seangkatanmu untuk baris rapi, kau ingat moment itu adhitama?.
          Hmm...aku lanjutkan, setelah kita disambut dan dipersilahkan duduk, baru suster-suster dan calon romo, mungkin dalam agama Islam disebut calon ustadz atau kyai, satu persatu memperkenalkan diri. akhh...aku gak ingat nama-nama mereka adhitama, hanya beberapa saja, kau tau sendiri aku bukanlah penghafal yang baik, bahkan kaupun hanya tertawa saat aku bilang aku bosan dengan Ngaji Ghorib yang harus menghafal redaksi, letak ayat, surat dan juz dalam Al-Qur’an, meski kau tetap menyemangatiku.
          Beberapa dari mereka memberi sambutan, dan setelahnya kita diberi waktu untuk tanya jawab. Teman-teman nampaknya antusias, mereka banyak bertanya, ada yang bertanya tentang teologi dalam agama mereka, aspek psikologis, bahkan ada yang bertanya yang menurutku kurang pas untuk ditanyakan, tapi mereka tetap menjawab pertanyaan itu dengan ikhlas, tanpa tersinggung ataupun marah, dan bahkan terkadang saat mereka bicara, mereka selingi dengan candaan yang cukup membuat ruangan itu ramai dengan tawa teman-teman semua.
          Ada satu kalimat dari calon romo yang menurutku menarik adhitama, dia bilang bahwa kita semua itu bersaudara, bukan hanya manusia dengan manusia, tapi manusia dengan tumbuhan, manusia dengan hewan, dan manusia dengan alam semesta, karna kita semua berasal dari Tuhan yang satu maka kita semuanya saudara, terlepas dari kita menyebut yang Satu itu Alloh atupun Allah.
Aku jadi teringat salah satu novel yang pernah kubaca, novel tentang mimpi pemuda kristiani yang bertemu dengan Muhammad, yaa Muhammad SAW, nabi kita adhitama. di mimpinya itu Muhammad bertanya kepada pemuda kristiani itu “Apa yang lebih tinggi dari pada iman?” tiga kali Muhammad bertanya adhitama, pemuda kristiani itu tetap diam, "memang apa yang lebih tinggi dari pada iman?" batin dia. 
Akupun sebelumnya tak tau adhitama, menurutku iman diatas segalanya, kau juga berfikiran seperti itu kan?..namun Muhammad SAW sambil tersenyum berucap “‘Kebaikan, kebaikan itu diatas iman”.
Jawaban itu sangat rasional adhitama, perkataan Muhammad SAW dalam mimpi pemuda kristiani itu sangat rasional. Bukankah kebaikan itu bersifat universal?, saat kau menolong orang tua untuk menyebrang jalan, apakah kau akan berfikir dulu, apa agamanya, apa sukunya, atau apa rasnya? Tidak kan?. Itulah kebaikan adhitama, kebaikan memang di atas iman, dan kebaikan itulah yang mencerminkan fitrah suatu agama.
Ya, setidaknya itu yang aku dapatkan saat di susteran St.Maria. kau juga ingin tau hikmah apa yang aku dapatkan disekolah pastur kan?...besok akan aku ceritakan lagi, hari ini aku capek sekali, aku ingin istirahat...

Selam rindu dariku...