Sejujurnya, aku tak pernah merasa
bosan bercerita kepadamu adhitama, hanya saja beberapa hari ini aku harus menyelesaikan tugas-tugas kuliahku. Kau tau, aku selalu rindu ingin bercerita padamu, bahkan
hari inipun, aku menulis cerita ini dengan rasa rindu yang aku pendam, rasa
rindu yang belum bisa aku ungkapkan, dan rasa rindu yang belum bisa aku
sampaikan.
Waktu
itu aku pernah bilang padamu kalau aku akan berkunjung ke susteran
dan sekolah pastur kan?. Yaa...pagi tadi aku dan teman-teman angkatanku kesana, dan ini adalah pengalaman pertamaku.
Kau tau, waktu kita sampai dihalaman kesusteran, kita langsung disambut senyum
tulus mereka, benar-benar tulus, aku bisa merasakannya, meskipun aku lebih menyukai senyumanmu. Ya, Senyuman saat pertama kali
kita bertemu, dilapangan upacara kala itu, tapat ketika aku berdiri dihadapanmu,
mengomando teman-teman seangkatanmu untuk baris rapi, kau ingat moment itu adhitama?.
Hmm...aku lanjutkan, setelah
kita disambut dan dipersilahkan duduk, baru suster-suster dan calon romo,
mungkin dalam agama Islam disebut calon ustadz atau kyai, satu persatu
memperkenalkan diri. akhh...aku gak ingat nama-nama mereka adhitama, hanya beberapa
saja, kau tau sendiri aku bukanlah penghafal yang baik, bahkan kaupun hanya
tertawa saat aku bilang aku bosan dengan Ngaji
Ghorib yang harus menghafal redaksi, letak ayat, surat dan juz dalam Al-Qur’an, meski kau tetap menyemangatiku.
Beberapa
dari mereka memberi sambutan, dan setelahnya kita diberi waktu untuk tanya
jawab. Teman-teman nampaknya antusias, mereka banyak bertanya, ada yang
bertanya tentang teologi dalam agama mereka, aspek psikologis, bahkan ada
yang bertanya yang menurutku kurang pas untuk ditanyakan, tapi mereka tetap
menjawab pertanyaan itu dengan ikhlas, tanpa tersinggung ataupun marah, dan
bahkan terkadang saat mereka bicara, mereka selingi dengan candaan yang cukup
membuat ruangan itu ramai dengan tawa teman-teman semua.
Ada
satu kalimat dari calon romo yang menurutku menarik adhitama, dia bilang bahwa
kita semua itu bersaudara, bukan hanya manusia dengan manusia, tapi manusia
dengan tumbuhan, manusia dengan hewan, dan manusia dengan alam semesta, karna
kita semua berasal dari Tuhan yang satu maka kita semuanya saudara, terlepas
dari kita menyebut yang Satu itu Alloh atupun Allah.
Aku jadi teringat salah satu
novel yang pernah kubaca, novel tentang mimpi pemuda kristiani yang bertemu
dengan Muhammad, yaa Muhammad SAW, nabi kita adhitama. di mimpinya itu Muhammad
bertanya kepada pemuda kristiani itu “Apa yang lebih tinggi dari pada iman?”
tiga kali Muhammad bertanya adhitama, pemuda kristiani itu tetap diam,
"memang apa yang lebih tinggi dari pada iman?" batin dia.
Akupun sebelumnya tak tau
adhitama, menurutku iman diatas segalanya, kau juga berfikiran seperti itu
kan?..namun Muhammad SAW sambil tersenyum berucap “‘Kebaikan, kebaikan itu diatas
iman”.
Jawaban itu sangat rasional adhitama,
perkataan Muhammad SAW dalam mimpi pemuda kristiani itu sangat rasional. Bukankah
kebaikan itu bersifat universal?, saat kau menolong orang tua untuk menyebrang
jalan, apakah kau akan berfikir dulu, apa agamanya, apa sukunya, atau apa
rasnya? Tidak kan?. Itulah kebaikan adhitama, kebaikan memang di atas iman, dan kebaikan itulah yang mencerminkan fitrah suatu agama.
Ya, setidaknya itu yang aku
dapatkan saat di susteran St.Maria. kau juga ingin tau hikmah apa
yang aku dapatkan disekolah pastur kan?...besok akan aku ceritakan lagi, hari ini aku capek sekali, aku ingin istirahat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar