Sibuk apa kalian
hari ini?
Jan, apakah
kau masih sibuk menentukan metode skripsimu? Atau kasus apa yang harus kau
angkat?. Maaf jika aku tak bisa banyak membantu, bahkan sekedar bertemu dan
menjadi tempat ceritamu. Tapi keyakinanku padamu tetap sama, bahwa suatu saat
nanti kau akan menjadi laki-laki hebat, atau mungkin melebihi apa yang aku
bayangkan sekarang.
Fa, aku
tau, ketika kita terjebak di jalan yang tidak pernah kita inginkan, berat
rasanya kita melangkah. Tapi, kau laki-laki kawan.! Harusnya kau berlari.!
Selesaikan ini dengan cepat dan temukan jalan yang memang kau inginkan. Jangan
buat dunia karyamu yang sebenarnya memunggu terlalu lama.
Lita, aku
punya murid di sini yang nama panggilanya sama denganmu “Lita”. Dia cantik, masih kelas sepuluh, akuntansi. Aku belum tau
apakah dia suka membaca sepertimu atau tidak, tapi entah kenapa setiap aku
masuk kelasnya aku ingat kamu.
Ayu, hey?.
Bagaimana penelitianmu? Tambah banyakkah tantangannya?.
Aku tak
punya saran apapun yu, pun kau mungkin tak membutuhkan itu, karna menurutku apa
yang kau lalui lebih dari apa yang aku ketahui. Hanya saja, semoga sebait doa
untukmu pagi ini sampai padaNya.
Dan amel,
aku dengar kau akan segera menikah?. Senang rasanya aku mendengar kabar itu
mel. Selamat ya...
Jujur, aku
rindu dengan kalian, hanya saja tanggung jawabku saat ini menahanku untuk tetap
di sini. Banyak sebenarnya yang ingin aku ceritakan, tentang aktifitasku,
murid-muridku, guru-guru di sini, hingga perubahan hidupku.
Oh ya, ada
salah satu guru di sini, beliau juga seorang Kyai, bijakasana dan aktif
menulis. Aku sudah baca beberapa tulisannya, amazing...
Beberapa
hari lalu beliau sempat bilang, “pak adib, perasaan saat kita mengalami sesuatu itu
hanya lewat sekali, kita tidak dapat mengulanginya kembali dengan perasaan yang
sama. Jadi eman-eman kalau itu tidak
ditulis. Dan tentang menulis, jangan khawatir tidak dibaca oleh orang lain,
karna yakinlah bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri. Bahkan
kalimat yang sudah njenengan tuliskan
pada hakikatnya bukan milik njenengan lagi.
Tidak boleh njenengan mengklaim itu tulisanku, karna sekali lagi apa
yang telah njenengan tuliskan itu
bukan lagi milik njenengan tapi milik
pembaca”.
Banyak hal
yang aku pelajari di sini kawan, dan sekarang aku mulai mengerti, mungkin
inilah jawaban mengapa Tuhan meletakanku di sini. Agar aku tetap dapat belajar.
Sementara
itu, aku harus kembali ke kelas, murid-muridku sudah menunggu.
Salam rindu
dari kawan kalian, Amin Al Adib.