Sebelumnya aku minta maaf karena tak bisa datang di hari
spesialmu, bahkan sekedar mengucapkan selamat atas pernikahanmu secara langsung.
Ingin rasanya aku ada di sisimu saat ini, melihat senyum manis dari wajah
teduhmu yang tentunya lebih manis dari biasanya. Ahh, sampai-sampai aku tak
bisa membayangkannya ma.
Jujur aku sempat terkejut ketika beberapa hari lalu, tiba-tiba
kau kirim sebuah video undangan pernikahanmu. Memang, sebelum
perayaan wisuda kita waktu itu, kau sempat bilang bahwa mungkin beberapa bulan ke depan
kau akan menikah, tapi aku tak membayangkan secepat ini, atau ini hanya
perasaanku saja, bahwa jarak antara kita diwisuda dan hari ini belum begitu
lama?.
Oh ya, aku masih ingat sekali cerita
tentang laki-laki yang kau anggap pemberani dan pantang menyerah untuk
mendapatkan cintamu. Bahkan sebelumnya, kaupun sempat tak memperdulikan
usahanya itu, sampai akhirnya kau benar-benar yakin bahwa mungkin dialah
laki-laki baik yang Tuhan kirimkan untukmu, sekaligus jawaban atas doa Ibumu
selama ini.
Jujur ma, aku iri dengan dia. Bukan karena aku memendam
perasaan lain terhadapmu, atau bahkan hasrat ingin memilikimu, tapi lebih
karena persepsimu terhadapnya. Dengan perjuangannya, Tuhan tumbuhkan rasa cinta
hingga keyakinan di hatimu bahwa dialah yang tertulis di Lauh al-Mahfudz dan perantara bagi Surgamu.
Tidak banyak yang bisa aku berikan padamu, hanya sebatas
ungkapan dan sesuatu yang aku harapkan menjadi bagian kecil saat kau
memulai hidup barumu. Semoga bermanfaat.
Sampaikan salamku untuk suamimu, aku rasa dia beruntung
mendapatkanmu, pun kau beruntung mendapatkannya. Aku sangat berharap suatu saat
nanti kita bisa bertemu lagi.
Selamat atas pernikahanmu, doa baikku semoga dengan mawaddah
yang Allah berikan menjadikan keluarga kalian sakinah warohmah, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar