Jumat, 01 Februari 2019

Mengenal 8 Fungsi Keluarga


Keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pemaknaan terhadap keluargapun bagi setiap individu berbeda-beda, ada yang mengatakan bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga, puisi yang paling berharga, bahkan ada yang beranggapan istana yang paling indah adalah keluarga. Anggapan-anggapan tersebut merupakan gambaran, betapa keluarga memiliki fungsi tersendiri dalam kehidupan setiap orang. Mampu atau tidaknya manusia menjalani kehidupan sangat bergantung pada peran keluarga.

Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada 8 fungsi keluarga, yaitu :

     1.  Fungsi Agama
      Keluarga harus dapat memberi panutan yang baik dalam dalam hal ibadah dan perilaku kepada anak. Menurut Woodworth (Jalaludin, 2010) dalam bukunya Psikologi Agama, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa insting, diantaranya insting Agama dan spiritual. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya insting itu belum sempurna. Misalnya, insting sosial pada anak sebagai potensi bawaannya sebagai makhluk homosocius, baru akan berfungsi setelah anak dapat bergaul dan berkemampuan untuk berkomunikasi. Jadi insting sosial itu tergantung pada kematangan fungsi lainnya. Demikian pula insting Agama dan spiritualitas. Oleh sebab itu sejak dini sebaiknya anak diajarkan untuk disiplin dalam hal mengerjakan rutinitas keagamaan.
     2.  Fungsi Sosial Budaya
     Arus globalisasi yang begitu kuat memberikan dampak terjadinya akulturasi atau percampuran budaya satu dengan budaya lain. Sayangnya, akulturasi budaya ini tidak diimbangi dengan kesiapan psikologis generasi muda sehingga terjadi shock culture. Dalam hal ini keluarga dapat memberikan contoh dalam bertutur, bersikap, dan bertindak sesuai dengan budaya yang ada di sekitar serta melestarikan kearifan lokal yang ada.
     3.  Fungsi Kasih Sayang
     Kebutuhan akan cinta dan kasih bagi setiap orang tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, dan istirahat. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa akar permasalahan terbesar remaja berasal dari keluarga. Keluarga yang dapat memberikan cinta dan kasih sayangnya secara maksimal akan menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak, sebaliknya jika keluarga tidak dapat memberikan kebutuhan akan cinta dan kasih saying kepada anak, maka anak akan cenderung melakukan tindakan-tindakan yang melanggar baik norma, atauran yang ada.
     4.  Fungsi Perlindungan
       Keluarga seharusnya memiliki fungsi perlindungan, yaitu menumbuhkan rasa aman, nyaman, dan hangat dalam diri setiap anggota keluarga. Jalin komunikasi yang baik dan gunakan kalimat-kalimat positif. Budayakan dalam keluarga ucapan maaf dan terimakasih.  
     5.  Fungsi Reproduksi
     Suami-Istri dapat membuat kesepakatan bersama tentang perencanaan jumlah anak, jarak kelahiran, dan kesehatan reproduksi.
     6.  Fungsi Pendidikan
       Fungsi pendidikan yaitu mendorong anak untuk dapat mengenyam pendidikan baik formal maupun nonformal. Dukungan orang tua tidak hanya pada materi saja, namun juga dukungan mental. Saat ini standar kompetensi yang diterapkan di setiap jenjang pendidikan cukup tinggi, jika anak tidak mendapatkan dukungan yang baik dari orang tua, anak akan sulit mencapai standar tersebut.  
     7.  Fungsi Ekonomi
      Orang tua bertanggung jawab dalam memenuhi setiap kebutuhan keluarganya. Keluarga dapat membuat skala prioritas kebutuhan baik secara rutin maupun berkala. Anak dapat diajak untuk berdiskusi tentang kebutuhan-kebutuhan tersebut, tentunya dengan porsi yang sesuai dengan perkembangan usia mereka.
     8.  Fungsi Pembinaan Lingkungan
     Terkadang pembinaan lingkungan terhadap anak dianggap hal yang sepele dan cenderung diabaikan. Padahal mengajarkan anak untuk menjada dan memelihara lingkungan sangat penting. Kebiasaan masyarakat kita membuang sampah sembarangan dan kurang menjaga lingkungan salah satu faktornya adalah pendidikan sejak dini. Jika sejak dini anak sudah diajarkan membuang sampah di tempat sampah, dan menumbuhkan kesadaran bahwa antara manusia dan lingkungan atau alam saling berkaitan. Jika kita merawat lingkungan, alampun akan memberikan kebaikan kepada kita, dan sebaliknya.

Menjalankan keseluruhan fungsi tersebut dengan baik tentu membutuhkan usaha yang tidak mudah. Butuh kesepakatan bersama antar anggota keluarga dan keistiqomahan menjalankan 8 fungsi keluarga tersebut. Jika sebuah keluarga tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya, tidak hanya anggota keluarga yang bersangkutan yang menjadi tidak bahagia, namun berimbas pula pada karakter generasi muda secara keseluruhan. Jadi, mulai sekarang rencanakan dengan baik.


Minggu, 09 September 2018

Sementara "Tanpa Judul"


Mungkin aku akan dianggap alay atau berlebihan ketika kalian membaca tulisanku kali ini. Terlebih aku memang tak punya keahlian khusus untuk menyusun kata-kata seperti Fiersa Besary, Dee Lestari, ataupun Fahd Pahdepie. Tapi atas dasar aku tak mau kehilangan rasaku begitu saja, aku memutuskan untuk mencoba menuangkan apa yang aku rasa lewat tulisan ini, meskipun aku juga tak begitu yakin apakah bisa mewakili utang rasaku kemarin.

Bagiku, saat aku tak bisa jadi orang nomor satu, maka sebisa mungkin aku akan memposisikan diriku sebagai bagian dari pijakan orang-orang nomor satu. Kamis lalu, aku mendapatkan sebuah momen yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku. Ya, sebuah momen yang begitu dalam masuk ke long threm memory ku. Momen itu juga yang membuat mimpi tiga malam terakhirku jadi lebih indah dari biasanya.

Memang beberapa akhir tahun ini aku ikut aktif di organisasi GenRe (Generasi Berencana). Sebuah organisasi yang menurutku cukup dapat diperhitungkan perannya di era saat ini. Karna menjadi sebuah wadah bagi para remaja untuk berekspresi dan sadar terhadap peran mereka dalam membangun karakter yang lebih baik. Keterlibatanku di organisasi ini juga karna aku ingin melihat lebih dalam, tentang perilaku remaja dari segi apapun. Bagiku, remaja menyimpan sejuta rahasia dalam diri mereka, dan tidak jarang aku menemukan Aha Moment saat bersama mereka. Menurut Erikson, salah satu tokoh psikologi perkembangan, karena remaja berada pada fase persimpangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa maka konflik utama yang terjadi adalah Identitas Vs Kekaburan peran, dan aku ingin menyaksikan bagaimana mereka mengambil peran dan jalan di tahapan persimpangannya.

Oke, aku sambung ke cerita momenku yang tadi. Selama kurang lebih tiga minggu terakhir ini aku membersamai duta genre Wonosobo yang akan tampil di tingkat provinsi. Sebenarnya aku kurang percaya diri untuk membersamai mereka, apalagi embel-embel statusku di sini sebagai mentor. Seperti yang aku sampaikan tadi, saat ini aku baru ingin menjadi penonton bagaimana remaja mengambil peran untuk kehidupan mereka selanjutnya, belum sebagai pengarah peran.
Kalian taulah kapasitas asliku seperti apa. Ikut sebagai perserta pemilihan duta Shampo lain sebelumnya saja tidak pernah, bagaimana aku akan menjadi mentor yang benar-benar mereka butuhkan? Hehehe. Apalagi mereka diharuskan membuat visi/misi program, penampilan bakat, dan penguasaan substansi materi yang menurutku cukup banyak, sedang aku sendiri belum menguasai seluruhnya. Tapi, atas dasar Tolabul ‘ilmi hahaha… aku bersedia menyalakan harapan dan semangat di dada mereka.

Setelah beberapa kali sesi pertemuan, bersama pengelola dan pendamping mereka, aku seperti menemukan dari masing-masing mereka memiliki potensi yang tidak biasa, yang bisa menjadi modal mereka untuk tampil maksimal di ajang pemilihan duta Genre tingkat Provinsi. Aku semakin semangat menemani mereka, menggali setiap gagasan, menyelami pikiran dan imajinasi mereka, mengolah kata-kata, mengasah kreatifitas, dan memunculkan karakter mereka sesungguhnya. Mereka adalah remaja-remaja cerdas, lebih dariku tentunya. Hanya saja karna waktu belajarku lebih dulu dari mereka, seolah-olah kemampuanku lebih, sebenarnya tidak. Aku yakin, pencapaian mereka nantinya akan melebihiku diusia yang sama denganku saat ini. Kita buktikan sama-sama nanti.

Setelah kurang lebih dua minggu kita menyiapkan semua, tibalah saat yang ditunggu, sebuah kompetisi yang tidak hanya menampilkan fisik, namun justru lebih kepada bagaimana mereka menguasai sebuah program, substansi materi, penyampaian gagasan, dan keahlian berkomunikasi untuk membangun karakter remaja yang baik.

Hari pertama tidak banyak yang dilakukan, hanya formalitas pembukaan dan menyiapkan koreo yang akan mereka tampilkan di Grand Final, serta malam hari ada tes tertulis tentang substansi materi Genre. Hari kedua berlanjut, dan disinilah mereka harus menunjukan semua yang mereka punya. Mulai dari pertunjukan bakat, praktek sosialisasi, dan wawancara terkait aktivitas dan program yang mereka usung. Di sesi bakat, aku tak tau apa yang harus aku katakana selain amazing, drama yang mereka tampilkan berhasil membuat seluruh orang di hall memusatkan perhatiannya. Dan kesuksesan penampilan mereka juga berlanjut pada sesi selanjutnya. Meski aku tak dapat melihat langsung bagaimana cara mereka menjawab dan menyampaikan substansi materi karna memang tertutup untuk umum, tapi dari cara mereka bercerita aku yakin mereka sudah melakukannya dengan maksimal.

Tibalah pada hari ke-tiga, Grand Final pemilihan duta Genre Tingkat Provinsi. Seluruh pendukung dari berbagai kabupaten ikut memeriahkan. Berbagai kalanganpun datang, anak-anak hingga lansia, dari yang berjas hingga bersarung, sebuah pemandangan yang menyenangkan tentunya.

Entah kenapa ada sebuah keyakinan dalam diriku, bahwa diantara mereka, siapapun itu akan ada yang lolos ke lima besar. Dan alhasil, dua perwakilan dari jalur pendidikan putra, dan jalur masyarakat putri lolos ke lima besar. Sampai di sini tugasku selesai, selanjutnya adalah mereka. Jika di sesi sebelumnya aku masih dapat menemani mereka hingga nama mereka dipanggil maju, di sini tidak lagi. Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa memudahkan gerak bibir dan lidah mereka dalam menyampaikan jawaban yang diajukan.

Sesi selanjutnya, perwakilan jalur pendidikan putra, Aga, maju ke tiga besar. Gagasan dia tentang advokasi kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan anak putus sekolah dan tidak sekolah membawa dia menjadi juara 1 putra jalur pendidikan. Tak ada kalimat yang bisa aku katakan saat itu, tepuk tangan dan sorak sorai dari semua pendukungnya bergemuruh, tangis haru yang aku tau dia tahan sejak masuk lima besar pecah seketika, diikuti tangis bahagia dari orang tuanya juga. Ahh, pemandangan yang membuat dadaku sesak, dan seketika Serotonin menjalar keseluruh sendi-sendi tubuhku.

Mungkin bagi kalian yang tidak terlibat di sini akan menganggap itu semua hal yang biasa, tidak ada bedanya dengan jenis perlombaan lain, tapi tidak bagi ku. Kalian tau, setiap orang memiliki pemaknaan sendiri dari setiap kejadian yang dia alami, dan kejadian ini menjadi bagian dari cerita hidupku yang luar biasa. Hanya saja mungkin karna aku tidak pandai menuangkannya dalam tulisan ini.

Lalu tentang selain aga, ada Amrul, Hesti, dan Hani, mereka juga luar biasa. Akan aku ceritakan khusus tentang diri mereka lain kali…


Selasa, 10 Oktober 2017

Memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia



hari ini, 10 Oktober diperingati sebagai hari kesehatan mental dunia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan kepedulian masyarakat seluruh dunia tentang kesehatan mental. Meskipun Word Federation for Mental Health sudah sejak tahun 1992 menginisiasi perayaan ini (satu tahun kemudian di Indonesia), nampaknya tujuan tersebut belum sesuai harapan. Kesadaran masyarakat (khususnya di Indonesia) akan pentingnya menyadari kondisi mental seperti depresi, stres, traumatik, dan gangguan suasana hatipun masih kurang. Bahkan perasaan yang sering disepelekan seperti iri hati, dengki, sombong, riya’, susah melihat orang lain bahagia atau bahagia melihat orang lain susah, adalah juga bagian dari gangguan kesehatan mental.
Apalagi di era milenial ini isu tentang pandangan hidup, kesadaran diri, simpati, empati, toleransi, bahkan sikap prososial di sekitar kita mulai menipis. Padahal jika kita mau sedikit memahami, sebagai masyarakat Indonesia, nilai-nilai Agama, budaya dan kearifan lokal, tidak satupun yang mengesampingkan urusan hati/jiwa/mental.
Pada akhirnya, mari (bukan sebab saya lebih paham atau lebih sehat mentalnya) bersama, kita lebih menyadari, memahami, dan peduli tentang kesehatan mental.
Selamat hari kesehatan mental dunia.
#yukBerdamaiDenganDiri
#RayakanKesehatanMental
#BangunJiwa


Senin, 13 Februari 2017

Hey kalian, kawan-kawanku..

Sibuk apa kalian hari ini?

Jan, apakah kau masih sibuk menentukan metode skripsimu? Atau kasus apa yang harus kau angkat?. Maaf jika aku tak bisa banyak membantu, bahkan sekedar bertemu dan menjadi tempat ceritamu. Tapi keyakinanku padamu tetap sama, bahwa suatu saat nanti kau akan menjadi laki-laki hebat, atau mungkin melebihi apa yang aku bayangkan sekarang.

Fa, aku tau, ketika kita terjebak di jalan yang tidak pernah kita inginkan, berat rasanya kita melangkah. Tapi, kau laki-laki kawan.! Harusnya kau berlari.! Selesaikan ini dengan cepat dan temukan jalan yang memang kau inginkan. Jangan buat dunia karyamu yang sebenarnya memunggu terlalu lama.

Lita, aku punya murid di sini yang nama panggilanya sama denganmu “Lita”. Dia cantik, masih kelas sepuluh, akuntansi. Aku belum tau apakah dia suka membaca sepertimu atau tidak, tapi entah kenapa setiap aku masuk kelasnya aku ingat kamu.

Ayu, hey?. Bagaimana penelitianmu? Tambah banyakkah tantangannya?.
Aku tak punya saran apapun yu, pun kau mungkin tak membutuhkan itu, karna menurutku apa yang kau lalui lebih dari apa yang aku ketahui. Hanya saja, semoga sebait doa untukmu pagi ini sampai padaNya.

Dan amel, aku dengar kau akan segera menikah?. Senang rasanya aku mendengar kabar itu mel. Selamat ya...

Jujur, aku rindu dengan kalian, hanya saja tanggung jawabku saat ini menahanku untuk tetap di sini. Banyak sebenarnya yang ingin aku ceritakan, tentang aktifitasku, murid-muridku, guru-guru di sini, hingga perubahan hidupku.
Oh ya, ada salah satu guru di sini, beliau juga seorang Kyai, bijakasana dan aktif menulis. Aku sudah baca beberapa tulisannya, amazing... 

Beberapa hari lalu beliau sempat bilang, “pak adib, perasaan saat kita mengalami sesuatu itu hanya lewat sekali, kita tidak dapat mengulanginya kembali dengan perasaan yang sama. Jadi eman-eman kalau itu tidak ditulis. Dan tentang menulis, jangan khawatir tidak dibaca oleh orang lain, karna yakinlah bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri. Bahkan kalimat yang sudah njenengan tuliskan pada hakikatnya bukan milik njenengan lagi. Tidak boleh njenengan mengklaim itu tulisanku, karna sekali lagi apa yang telah njenengan tuliskan itu bukan lagi milik njenengan tapi milik pembaca”.

Banyak hal yang aku pelajari di sini kawan, dan sekarang aku mulai mengerti, mungkin inilah jawaban mengapa Tuhan meletakanku di sini. Agar aku tetap dapat belajar.

Sementara itu, aku harus kembali ke kelas, murid-muridku sudah menunggu.

Salam rindu dari kawan kalian, Amin Al Adib.

Sabtu, 04 Februari 2017

Untuk yang menikah hari ini, Rahma sahabatku



Sebelumnya aku minta maaf karena tak bisa datang di hari spesialmu, bahkan sekedar mengucapkan selamat atas pernikahanmu secara langsung. Ingin rasanya aku ada di sisimu saat ini, melihat senyum manis dari wajah teduhmu yang tentunya lebih manis dari biasanya. Ahh, sampai-sampai aku tak bisa membayangkannya ma.
Jujur aku sempat terkejut ketika beberapa hari lalu, tiba-tiba kau kirim sebuah video undangan pernikahanmu. Memang, sebelum perayaan wisuda kita waktu itu, kau sempat bilang bahwa mungkin beberapa bulan ke depan kau akan menikah, tapi aku tak membayangkan secepat ini, atau ini hanya perasaanku saja, bahwa jarak antara kita diwisuda dan hari ini belum begitu lama?.
Oh ya, aku masih ingat sekali cerita tentang laki-laki yang kau anggap pemberani dan pantang menyerah untuk mendapatkan cintamu. Bahkan sebelumnya, kaupun sempat tak memperdulikan usahanya itu, sampai akhirnya kau benar-benar yakin bahwa mungkin dialah laki-laki baik yang Tuhan kirimkan untukmu, sekaligus jawaban atas doa Ibumu selama ini.
Jujur ma, aku iri dengan dia. Bukan karena aku memendam perasaan lain terhadapmu, atau bahkan hasrat ingin memilikimu, tapi lebih karena persepsimu terhadapnya. Dengan perjuangannya, Tuhan tumbuhkan rasa cinta hingga keyakinan di hatimu bahwa dialah yang tertulis di Lauh al-Mahfudz dan perantara bagi Surgamu.
Tidak banyak yang bisa aku berikan padamu, hanya sebatas ungkapan dan sesuatu yang aku harapkan menjadi bagian kecil saat kau memulai hidup barumu. Semoga bermanfaat.
Sampaikan salamku untuk suamimu, aku rasa dia beruntung mendapatkanmu, pun kau beruntung mendapatkannya. Aku sangat berharap suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi.
Selamat atas pernikahanmu, doa baikku semoga dengan mawaddah yang Allah berikan menjadikan keluarga kalian sakinah warohmah, aamiin.

Sahabatmu, Amin al Adib

Sabtu, 05 November 2016

Untuk Adhitama, saja...

Selamat malam Adhitama? apa kabar? Sudah lama aku tak menceritakan sesuatu untukmu, mungkin kau berfikir aku mulai bosan bercerita padamu, sama seperti bosannya mahasiswa semester akhir mereview jurnal... 
        Sejujurnya, aku tak pernah merasa bosan bercerita kepadamu adhitama, hanya saja beberapa hari ini aku harus menyelesaikan tugas-tugas kuliahku. Kau tau, aku selalu rindu ingin bercerita padamu, bahkan hari inipun, aku menulis cerita ini dengan rasa rindu yang aku pendam, rasa rindu yang belum bisa aku ungkapkan, dan rasa rindu yang belum bisa aku sampaikan.
          Waktu itu aku pernah bilang padamu kalau aku akan berkunjung ke susteran dan sekolah pastur kan?. Yaa...pagi tadi aku dan teman-teman angkatanku kesana, dan ini adalah pengalaman pertamaku. Kau tau, waktu kita sampai dihalaman kesusteran, kita langsung disambut senyum tulus mereka, benar-benar tulus, aku bisa merasakannya, meskipun aku lebih menyukai senyumanmu. Ya, Senyuman saat pertama kali kita bertemu, dilapangan upacara kala itu, tapat ketika aku berdiri dihadapanmu, mengomando teman-teman seangkatanmu untuk baris rapi, kau ingat moment itu adhitama?.
          Hmm...aku lanjutkan, setelah kita disambut dan dipersilahkan duduk, baru suster-suster dan calon romo, mungkin dalam agama Islam disebut calon ustadz atau kyai, satu persatu memperkenalkan diri. akhh...aku gak ingat nama-nama mereka adhitama, hanya beberapa saja, kau tau sendiri aku bukanlah penghafal yang baik, bahkan kaupun hanya tertawa saat aku bilang aku bosan dengan Ngaji Ghorib yang harus menghafal redaksi, letak ayat, surat dan juz dalam Al-Qur’an, meski kau tetap menyemangatiku.
          Beberapa dari mereka memberi sambutan, dan setelahnya kita diberi waktu untuk tanya jawab. Teman-teman nampaknya antusias, mereka banyak bertanya, ada yang bertanya tentang teologi dalam agama mereka, aspek psikologis, bahkan ada yang bertanya yang menurutku kurang pas untuk ditanyakan, tapi mereka tetap menjawab pertanyaan itu dengan ikhlas, tanpa tersinggung ataupun marah, dan bahkan terkadang saat mereka bicara, mereka selingi dengan candaan yang cukup membuat ruangan itu ramai dengan tawa teman-teman semua.
          Ada satu kalimat dari calon romo yang menurutku menarik adhitama, dia bilang bahwa kita semua itu bersaudara, bukan hanya manusia dengan manusia, tapi manusia dengan tumbuhan, manusia dengan hewan, dan manusia dengan alam semesta, karna kita semua berasal dari Tuhan yang satu maka kita semuanya saudara, terlepas dari kita menyebut yang Satu itu Alloh atupun Allah.
Aku jadi teringat salah satu novel yang pernah kubaca, novel tentang mimpi pemuda kristiani yang bertemu dengan Muhammad, yaa Muhammad SAW, nabi kita adhitama. di mimpinya itu Muhammad bertanya kepada pemuda kristiani itu “Apa yang lebih tinggi dari pada iman?” tiga kali Muhammad bertanya adhitama, pemuda kristiani itu tetap diam, "memang apa yang lebih tinggi dari pada iman?" batin dia. 
Akupun sebelumnya tak tau adhitama, menurutku iman diatas segalanya, kau juga berfikiran seperti itu kan?..namun Muhammad SAW sambil tersenyum berucap “‘Kebaikan, kebaikan itu diatas iman”.
Jawaban itu sangat rasional adhitama, perkataan Muhammad SAW dalam mimpi pemuda kristiani itu sangat rasional. Bukankah kebaikan itu bersifat universal?, saat kau menolong orang tua untuk menyebrang jalan, apakah kau akan berfikir dulu, apa agamanya, apa sukunya, atau apa rasnya? Tidak kan?. Itulah kebaikan adhitama, kebaikan memang di atas iman, dan kebaikan itulah yang mencerminkan fitrah suatu agama.
Ya, setidaknya itu yang aku dapatkan saat di susteran St.Maria. kau juga ingin tau hikmah apa yang aku dapatkan disekolah pastur kan?...besok akan aku ceritakan lagi, hari ini aku capek sekali, aku ingin istirahat...

Selam rindu dariku...